Selasa, 10 Januari 2012

Terlalu Mudah Memecah Bangsa Ini Hanya dengan Stereotip

Ya, sekali lagi saya mengulang judul di atas: terlalu mudah memecah belah bangsa ini hanya dengan menggunakan stereotip!

Apa itu 'Stereotip'?
KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) memberikan definisi berikut:

Stereotip
adjective
1. berbentuk tetap; berbentuk klise: ucapan yg --; 2 n konsepsi mengenai sifat suatu golongan berdasarkan prasangka yg subjektif dan tidak tepat
Tanpa kita sadari, kita sering berlaku stereotip dalam keseharian kita.
Contoh:
- Kita mengidentikkan orang Batak itu suka bersikap kasar, hanya mungkin karena apa yang sering kita lihat demikian. Padahal, kenyataannya, ada juga orang Batak yang bersikap lembut.
- Ketika seseorang mendengar seseorang berprofesi sebagai kondektur bis kota, yang ada dalam benaknya adalah bahwa orang ini berperangai kasar, kehidupannya di jalanan dan pasti tidak tahu tata krama. Sekali lagi, ini adalah salah satu bentuk stereotip terhadap golongan profesi kondektur bis kota.

Singkatnya, ketika kita menilai sifat seseorang dari golongan tertentu dan membuat penilaian serupa untuk keseluruhan golongan tersebut, kita telah melakukan penilaian secara stereotip. Bisa saja, kebetulan, selama ini kita mendengar atau melihat orang dari golongan tersebut yang bersifat seperti itu, tapi belum tentu semua orang dalam golongan tadi memiliki sifat seperti itu.

Nah, bagaimana stereotip bisa memecah belah bangsa ini? Mudah saja!
Seseorang bisa membuat isu dengan mengatakan bahwa suku 'anu' atau agama 'itu' memiliki sifat negatif seperti bla..bla..bla... Ia bisa membuat isu ini semakin hot dengan menambahkan contoh-contoh nyata. Dengan demikian, ia membuat stereotip di masyarakat terkait suku 'anu' atau agama 'itu' padahal anggapan tersebut hanya mewakili sebagian kecil dari anggota suku 'anu' atau agama 'itu' dan tidak benar secara keseluruhannya. 
Sayangnya, isu itu sudah terlanjur menyebar di masyarakat sehingga membuat masyarakat memandang rendah suku 'anu' atau agama 'itu'. Jadilah, ketika ada kejadian luar biasa yang melibatkan suku 'anu' atau agama 'itu,' mereka dijadikan kambing hitam oleh masyarakat.
Akibatnya, bisa saja suku 'anu' diusir dan dikucilkan dari suatu kelompok masyarakat, atau agama 'itu' dilarang beribadah dan tempat ibadah mereka ditutup.
Semua karena stereotip.
Belum lagi kalau kita melihat stereotip terhadap golongan profesi tertentu atau kelompok usia tertentu.

Bangsa ini memang terlalu mudah percaya terhadap stereotip! Tapi bukan berarti sikap itu tidak bisa kita hindari. Kita bisa bersikap kritis terhadap penilaian seseorang terkait suatu golongan tertentu, dan jangan mau percaya begitu saja kalau ada penilaian terhadap suatu golongan yang berbau provokatif; bisa jadi itu hanyalah stereotip.

Ah, sudahlah. Sebaiknya saya hentikan tulisan ini sampai di sini. Jangan-jangan kalau diteruskan, saya juga bisa dianggap stereotip terhadap bangsa ini; stereotip yang meyakini bahwa bangsa ini terlalu mudah percaya terhadap stereotip. Hahaha....